Workshop Teknologi Tepat Guna PNPM Mandiri


Guna lebih mengenal teknologi tepat guna serta manfaatnya, Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) menjalin kerjasama dengan PT. Pura Barutama Divisi Engineering, menggelar Workshop Teknologi Tepat Guna (TTG), di Training Center PT. Pura, Jl. Raya Kudus- Pati Km.12,5, Kudus, Jawa Tengah, pada Kamis (20/8/2009).

Saat membuka acara, Kepala Biro Umum Menko Kesra Ngatiyo Ngayoko menegaskan, selama ini, 60-70 persen PNPM Mandiri digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan sisanya untuk pembangunan ekonomi produktif. “Oleh karena itu, workshop TTG ini digelar guna membuka wawasan fasilitator dan kelompok pengguna, sehingga dana PNPM tidak hanya digunakan untuk pembangunan infrastruktur saja,” kata dia.

Menurut Ngatiyo, pembangunan infratruktur bersifat sementara dan tidak merata. “Sedangkan melalui penerapan teknologi tepat guna justru dapat meningkatkan ekonomi masyarakat secara berkepanjangan,” ujarnya, di depan Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Kebijakan dan Anggaran Wahnarno Hadi, Asisten Deputi Urusan Keuangan Mikro dan Pemanfaatam TTG dan Kepala Bidang Ekonomi Keluarga Moon Cahyani, yang juga hadir dalam acara.

Peralatan yang dimiliki PT Pura di show room, menjadi perhatian besar peserta Workshop TTG [Dok. PT Pura Barutama Div. Engineering untuk PNPM Perkotaan]Workshop tersebut mengupas tentang persoalan yang terjadi di setiap kabupaten, seperti halnya Pati, yang memiliki lahan pertanian dan peternakan subur, namun limbah kotorannya belum dimanfaatkan secara maksimal. Akibatnya, bau limbah mengganggu warga. Para petani sendiri berinisiatif mengolah kotoran menjadi biogas tetapi terhalang oleh kurangnya teknologi dan pengetahuan akan pengolahan tersebut.

Padahal, pembuatan biogas pada dasarnya sangat sederhana. Zainul, sebagai narasumber PT. Pura Barutama Divisi Engineering menerangkan, agar bau kotoran hilang, kotoran dicampur dengan bakteri EM4, kemudian ditutup dan didiamkan, sehingga terjadi fermentasi di dalamnya. Dengan begitu, kotoran akan menyusut dan berair. Airnya dapat disalurkan di bak tampung yang terbuat dari bata-bata yang telah diplester.

“Kotoran padatnya dapat kita jadikan sebagai pupuk kompos padat dan airnya sebagai pupuk kompos cair. Di pasaran, pupuk kompos cair mencapai harga Rp 6000 dan dapat digunakan untuk membunuh hama pada tanaman-tanaman seperti melon, semangka dan lainnya,” jelas Zainul.

Sementara itu, Kabupaten Demak mengalami permasalahan berbeda, yaitu terkait jerami yang dihasilkan oleh petani, belum dimanfaatkan secara maksimal. Selama ini jerami yang menumpuk dibakar, sehingga menimbulkan asap. Padahal, jerami dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat kompos organik atau pakan ternak.

[Dok. PT Pura Barutama Div. Engineering untuk PNPM Perkotaan]Alat yang bisa digunakan adalah mesin Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO) yang berfungsi mencacah, melembutkan, serta menghaluskan. Serta, mesin chopper yang berfungsi mencacah kasar jerami.

Sebagaimana diketahui, PT. Pura Barutama Divisi Engineering adalah salah satu divisi di bawah naungan Perusahaan Pura Group. Pura Group yang terpusat di Kudus ini merupakan perusahaan swasta nasional yang memilki 24 unit bidang usaha. Selama ini Pura Group dikenal sebagai perusahaan pencetak uang kertas rupiah, namun mencetak uang kertas hanyalah salah satu jenis usaha yang digeluti oleh Pura Group. Divisi Engineering sendiri merupakan perusahaan rekayasa mesin yang bergerak di bidang agribisnis, perikanan, perkebunan, peternakan dan bidang lainnya. Dengan teknologi dan pengetahuan yang dimiliki, membuat Pura tergerak mengadakan workshop tersebut.

Usai istirahat dan makan bersama, para peserta workshop diajak melihat mesin-mesin PT Pura Barutama Divisi Engineering di show room. Peserta dapat melihat pembuatan es serpih (ice flake), pakan ternak (pellet), briket ampas jarak dan demo kompor.

Salah satu jenis kompor yang didemokan, berbahan-baku sampah dan bahan organik lainnya [Dok. PT Pura Barutama Div. Engineering untuk PNPM Perkotaan]Ada beberapa jenis kompor yang didemokan, antara lain, kompor berbahan-baku sampah dan bahan organik lainnya, kompor briket dan kompor minyak nabati (jarak, kelapa sawit, klenteng, kelapa, dan lain-lain). Kompor berbahan-baku sampah menjadi perhatian para peserta, karena bahan bakunya mudah didapat, cara penggunaannya pun mudah.

Ada pula mesin pemeras biji jarak manual (sistem ungkit) yang menarik perhatian peserta, sehingga beberapa peserta tertarik mempraktekkan mesin tersebut secara langsung.

Kegiatan Workshop TTG PNPM Mandiri ditutup oleh Pimpinan Unit Engineering Dandi Zulkarnain. Ia berharap, ilmu yang telah didapatkan dari workshop kali ini dapat bermanfaat. “Serta membuka pemikiran para peserta agar disampaikan kepada masyarakat, dalam bentuk suatu tindakan nyata, demi terciptanya tujuan PNPM Mandiri, yaitu kesejahteraan masyarakat miskin,” ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar